Ritme Religius: Pesona Kebahagiaan dan Kedamaian dalam Seni Musik Hadroh

Andongonline | Musik merupakan bagian dari kesenian yang telah menjadi budaya masyarakat muslim sejak awal perkembangan Islam. Meskipun terdapat kontroversi dan perdebatan mengenai kehalalan atau kebolehan musik dalam Islam, banyak bentuk musik telah berkembang dan diterima oleh berbagai wilayah muslim. Musik arab sebelum Islam memiki keterkaitan dalam perjalanan sejarah musik Islam. Hal ini dikarenakan, Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. tidak menghapuskan budaya Arab sebelumnya, melainkan diintegrasikan agar sejalan dengan ajaran Islam. Dengan demikian, nilai-nilai budaya lama dipertahankan dan dikembangkan menjadi seni Islam yang berkualitas tinggi.

Salah satu bentuk seni musik Islam hasil akulturasi dengan musik Arab pra-Islam yang menarik adalah hadroh, Hadroh merupakan alat musik yang terbuat dari kulit binatang ternak seperti, kambing atau sapi. Saat ini, banyak majelis sholawat baik di Indonesia maupun luar negeri menggunakan hadroh sebagai media dakwah.

Secara historis, masyarakat Madinah pada abad ke-6 menyambut kedatangan Nabi Muhammad Saw. yang hijrah dari Makkah dengan syair Thala’al Badru menggunakan hadroh sebagai iringan musiknya sebagai ungkapan kebahagiaan. Seiring berjalannya waktu, hadroh digunakan sebagai sarana dakwah oleh para penyebar Islam.

Hadroh mulai menyebar ke berbagai wilayah muslim lainnya termasuk ke Nusantara. Dalam perkembangannya, hadroh mengalami banyak perpaduan dengan unsur-unsur budaya lokal di berbagai wilayah dan melahirkan keragaman gaya, serta ciri khas tertentu. Lambat laun, hadroh tidak hanya digunakan sebagai media dakwah, namun menjadi sarana hiburan.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang menekan, kita semua merindukan ketenangan jiwa dan kedamaian hati. Dalam keheningan itulah, kita dapat menemukan kembali kebahagiaan yang sesungguhnya. Salah satu sarana untuk mencari kebahagiaan dan kedamaian tersebut adalah melalui seni musik hadroh.

Baca Juga :   BLK, Cara IPNU IPPNU Mencetak Instruktur dan Pelatih Berkualitas

Musik hadroh menghadirkan irama yang menghentak dan melantunkan syair pujian kepada Allah Swt. dan Nabi Muhammad Saw. yang seakan mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian ke dalam jiwa bagi yang meresapinya. Bahkan, dalam tasawuf, hadroh merujuk pada jamaah yang di dalamnya terdapat kegiatan berdzikir secara kolektif.

Keunikan hadroh terletak pada kemampuannya untuk menyatukan keindahan seni dengan nilai-nilai spiritual Islam, seperti dzikir dan sholawat. Menjadi perpaduan harmonis antara irama yang menghanyutkan, lirik yang mendalam, dan kekhusyukan dalam beribadah. Audien tidak hanya dihibur secara estetika, tetapi juga dibimbing untuk mengingat dan merenungkan kebesaran Sang Pencipta.
Contoh konkret dari perpaduan harmonis antara irama hadroh dengan lirik yang menyentuh hati adalah Tembang “Tombo Ati” karangan Sunan Bonang. Beliau menggunakan gamelan sebagai irama pengiringnya karena kentalnya budaya Hindu pada saat itu dan berhasil memadukannya.

“Tombo ati iku lima perkarane
Kaping pisan moco Qur’an lan maknane
Kaping pindo solat wengi lakonono
Kaping tilu wong kang soleh kumpulano
Kaping papat kudu wateng ingkang luwe
Kaping limo zikir wengi ingkang suwe
Salah sahijine sopo bisa ngelakoni
Mugi-mugi gusti Allah nyembadani”
“Obat hati ada lima perkaranya
Pertama baca Qur’an dan maknanya
Kedua, solat malam dirikanlah
Ketiga, berkumpul dengan orang soleh
Keempat, perbanyaklah berpuasa
Kelima, zikir malam perbanyaklah
Salah satunya siapa bisa menjalani
Moga-moga gusti Allah mencukupi”.

Baca Juga :   Ada Turun Tangan Dukung Salah Satu Paslon Pemilu 2024, Yusuf (Mantan Kordinator Turun Tangan Jogja): Sangat disayangkan, Turun Tangan ditarik-tarik pada Politik Praktis, bahkn di polititasi untuk mendapatkan panggung. Turun Tangan pada masa saya tidak terafiliasi dalam gerakan Politik Praktis

Begitu banyak syair-syair yang dibawakan melalui musik hadroh mengandung nilai-nilai yang menjadi pedoman hidup, bahkan mengingatkan akan kerendahan hati, cinta kasih, dan persaudaraan sesama manusia.

Ini menunjukkan bahwa Islam tidak kaku terhadap kesenian – dalam hal ini seni hadroh dan syairnya – selama mampu menghubungkan antara tuhan, manusia, alam sekitarnya, tidak ada larangan dalam melakukannya.

Dalam dunia yang dipenuhi kebisingan dan kegelisahan, seni hadroh hadir sebagai oasis ketenangan dan kebahagiaan dengan syairnya yang mampu mengajak kita mengingat akan kebesaran sang pencipta.

Penulis : Muhammad Fariz Alfawwaz