RELEVANSI TASAWWUF DI TENGAH TRANSFORMASI MODERN: MENJAGA SPIRITUALITAS DALAM ERA TEKNOLOGI

Andondonline| Di tengah dinamika zaman yang dipenuhi dengan kemajuan teknologi dan transformasi global, pertanyaan tentang relevansi tasawwuf atau mistisisme Islam sering kali muncul. Namun, justru di tengah gemerlapnya kemajuan modern, tasawwuf tetap memiliki peran yang signifikan dalam mempertahankan spiritualitas dan kesejatian diri dalam kehidupan manusia.

Pertanyaan tentang penting atau tidaknya tasawwuf dan thoriqoh bukan hanya menggelayuti pikiran orang awam maupun kelompok aliran yang notabene menegasikan tasawwuf sebagai bagian integral dari Islam. Persepsi negatif tentang tasawwuf dan thoriqoh masih mengganjal di kalangan kelompok Aswaja, bahkan menjerat sebagian Nahdliyyin. Ada yang beranggapan bahwa disiplin tasawwuf terlalu berat. Ada juga yang befikir bahwa thoriqoh tidak penting, dan hanya berlaku untuk kalangan khusus atau terbatas. Padahal, sejatinya tasawwuf dan thoriqoh adalah bagian integral dari pilar agama yang tidak bisa dipisahkan dengan syariat yang dianut oleh bsetiap muslim.

Tak heran jika Imam Malik bin Anas (RA) pernah melontarkan sebuah pernyataan inspiratif yang menggugah kesadaran setiap muslim tentang arti pentingnya keseimbangan aspek fiqih (syari’at) dengan tasawwuf (thoriqoh dan hakekat). Menurut beliau:
من تفقه بلا تصوف فقد تفسق، ومن تصوف بلا تفقه فقد تزندق
Barang siapa menjalankan fiqih (syari’at) tanpa tasawwuf niscaya dia akan rusak, dan barang siapa mengamalkan tasawwuf tanpa fiqih niscaya dia akan (tergelincir) menjadi kafir zindiq.

Artikel singkat ini mencoba memebedah urgensi tasawwuf dan relevansinya dengan kehidupan modern yang sarat dengan problematikan dan tantangan.

Menghadapi Tantangan Spiritual Modern
Dalam zaman yang dipenuhi dengan distraksi (gangguan) dan tuntutan materialisme, banyak orang merasa kehilangan arah dan makna dalam hidup mereka. Kehadiran teknologi yang mempengaruhi setiap aspek kehidupan, dari hubungan personal hingga pekerjaan, seringkali meninggalkan ruang yang sempit bagi refleksi spiritual.

Tak dapat dipungkiri bahwa kesibukan duniawi seringkali menjebak manusia pada orientasi yang bertumpu pada kebutuhan financal dan material. Sehingga pada saat bersamaan seringkali mengecilkan jika tidak melupakan aspek spiritual, baik disadari maupun tidak. Di sinilah urgensi tasawwuf perlu dibangkitkan sebagai sumber kebijaksanaan yang berharga, untuk menyeimbangkan aspek lahiriah dan bathiniyyah.

Baca Juga :   NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) DALAM PILKADA

Memelihara Keseimbangan Antara Duniawi dan Ukhrawi
Setiap orang pasti tak akan menyanykal bahwa materi duniawi adalah sebuah kebutuhan. Bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan dasar (primer), tapi juga untuk kepentingan tambahan dan pelengkap (sekunder dan tersier).

Oleh karena itu, nyaris semua orang berlomba-lomba untuk mengejar aspek duniawi dengan segala kapasitas dan kompetensi masing-masing. Dalih yang digunakan pun beraneka ragam, dari sekedar menyambung hidup, m nggapai cita-cita,mengejar obsesi, meraih prestige, dan lain sebagainya. Namun, realita hiruk pikuk manusia dalam urusan duniawi, tak sebanding dengan orientasi pencapaian aspek ukhrowi. Euforia aktivitas keduniaan jauh melampaui syiar keagamaan, yang di dalamnya menyimpan mutiara lebih berharga dan hakiki untuk keoentingan akhirat. Meskipun sebagian orang mendermakan sebgian asset duniawinya untuk kepentingan ukhrowi, tetap saja tak akan sanggup menghabiskan seluruhnya. Naifnya, ada sebagian orang yang sama sekali tidak pernah memikirnkan urusan ukhrowi karena terlena oleh kenikmatan duniawi.

Maka, kehadiran tasawwuf di tengah hiruk pikuk dunia menjadi sangat penting menyelaraskan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi. Saat kemajuan teknologi membutakan manusia terhadap dimensi spiritual, tasawwuf mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan ini. Artinya, kita dituntut bukan hanya berfokus pada pencapaian materi, tetapi juga pada pertumbuhan internal dan pencarian makna.

Hal ini setidaknya untuk mematahkan argumen, bahwa tasawwuf adalah diskursus tersendiri yang hanya menjadi domain kalangan santri dan ulama. Tasawwuf adalah kebutuhan ruhaniyah (spiritual) setiap manusia apapun kapasitasnya. Sekedar perbandingan, bahwa manusia hidup secara lahiriyah membutuhkan dukungan financial dan material untuk tetap eksist, maka secara ruhaiyyah manusia juga membutuhkan asupan bathin agar tetap hidup dan stabil. Di sini lah hakekat tasawwuf dan urgensinya bagi manusia.

Pendidikan Spiritual di Era Digital
Dengan kemajuan teknologi, pendidikan spiritual juga mengalami transformasi. Banyak ulama dan masyaikh tasawwuf menggunakan platform online untuk menyebarkan ajaran-ajaran spiritual mereka kepada orang-orang di seluruh dunia. Ini membuka pintu bagi mereka yang ingin menjelajahi dimensi spiritual dalam kenyamanan rumah mereka sendiri.

Baca Juga :   Panwaslu Kecamatan Ciparay Siap Awasi Pendistribusian Logistik Pemilu 2024

Sekilas terkesan praktis dan pragmatis manakala pengajaran tasawwuf ditempuh melalui media teknologi yang serba instant. Hal ini tentu sangat berbeda dengan manhaj (metodologi) klasik para ulama sufi terdahulu. Doktrin tasawwuf termasuk di dalamnya thoriqoh lazimnya diajarkan dengan metodoligi irsyad (bimbingan) secara labgsung dan berjenjang. Tahap lanjutan dalam beberapa aspek tasawwuf juga ditunjang dengan metodologi _riyadhoh (praktikum) sebagai wujud penggemblengan sekaligus pengujian.

Namun menurut hemat penulis, realita tersebut setidaknya menjadi peluang dan tantangan tersendiri untuk revivalisasi doktrin tasawwuf di tengah arus globalisasi agar tidak tergerus apalagi hilang dari kehidupan muslim. Setidaknya, hal itu dapat mengingatkan kembali publik tentang arti pentingnya tasawuf dalam kehidupan modern. Teknologi hanyalah piranti, dan metodologi adalah cara yang sifatnya elastis dan fleksibel. Yang terpenting adalah substansi ajaran tasawwuf bisa tersampaikan kepada masyarakat modern sebagai kebutuhan fundamental.

Dalam kaitan ini, JATMAN sebagai lembaga yang mengayomi thoriqoh dan kelompok sufi tentu memiliki peran yang tepat untuk menyebarluaskan ajaran tasawwuf. Meminjam istilah Rais Aam Jatman Maulana Habib Muhammad Luthfi hin Yahya, bahwa tugas utama Jatman adalah memasyarakatkan thoriqoh dan menthoriqohkan masyarakat. Artinya JATMAN harus memberikan konstribusi penting bagi tersebarnya ajaran tasawwuf di kalangan muslim, utamanya Aswaja NU. Hal itu bisa dilakukan melalui serangkain program dan kegiatan berorientasi pada syiar tasawwuf dan thoriqoh, semisal: ritual dzikir thiriqoh, halaqoh tasawwuf, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diimplemntasikan malui media teknologi yang menawarkan berbagai fasilitas dan kemudahan, sehingga lebih efisien dan efektif.

Mengatasi Kekosongan Spiritual
Salah satu alasan utama mengapa tasawwuf tetap relevan di era modern adalah karena kemampuannya untuk mengatasi kekosongan spiritual yang dirasakan banyak orang. Di tengah kehidupan yang sibuk dan terhubung secara digital, tasawwuf menawarkan ruang untuk introspeksi, refleksi, dan pencarian makna yang mendalam.

Lebih jauh dari itu, sejatinya tasawwuf bisa menjadi solusi alternatif untuk mengatasi berbagai problem kehidupan manusia, baik individual maupun sosial. Hal itu mengingat, bahwa problematika modern yang seringkali berujung pada kinflik personal maupun sosial muaranya disebabkan oleh manusia yang sudah mengalami kekosongan jiawa dan kehilangan jati diri. Bahkan perang antar kelompok manusia yang terjadi secara sporadis di seantero dunia menggambarkan watak manusia yang tidak lagi mempertimbangkan aspek ruhaniyyah. Jika realita ini dibiarkan, maka peradaban modern yang saat ini telah mencapai titik 4.0 hanya menunjukkan kedigjayaan teknologi, tapi sejatinya rapuh secara mental-spiritual.

Baca Juga :   Hak Asuh Anak

Oleh karena itu, Idaroh Aliyah JATMAN secara rutin mengagendakan acara Halaqoh Sufi Internasional dengan mengundung tokoh-tokoh sufi dunia guna meneguhkan eksistensi serta peran Tasawwuf dan Thoriqoh sebagai jangkar perdamaian di tengah konflik global. Jatman kosnisten untuk selalu menegaskan bahwa tasawwuf adalah ajaran fundamental yang akan menjadi jangkar keseimbangan hidup manusia dalam 2 dimensi secara integral, yakni hablun minallah dan hablun minannas. Di sinilah peran ahlit thoriqoh tentu saja di bawah naungan Jatman semakin dibutuhkan untuk mensyiarkan ajaran tasawuf agar semakin diterima masyarakat luas.

Kesimpulan
Meskipun dunia telah berubah dengan cepat sejak zaman Rasulullah SAW, nilai-nilai dan ajaran-ajaran tasawwuf tetap relevan. Di tengah transformasi modern, tasawwuf dapat menjadi pemandu yang berharga untuk menjaga keseimbangan spiritual dalam kehidupan manusia. Dengan menelusuri jalan tasawwuf, manusia dapat memperoleh kedamaian batin dan kebahagiaan yang abadi, bahkan di tengah gemerlapnya kemajuan teknologi. Thoriqoh adalah wujud konkrit dari pelembagaan ajaran tasawwuf yang bersifat implementtif. Maka, tasawwuf dan thoriqoh adalah bagian integral dari Islam yang menjadi kebutuhan prinsipil dan fundamental bagi setiap muslim.

Wakil Rois Syuriyah PCNU Kota Depok/Majlis Ifata’ Wal Irsyad Jatman Kota Depok/Pengasuh Padepokan Al-Bahrain Kota Depok.