Opini  

Memahami Peran Guru dari Perspektif Gender dalam Pendidikan

Memahami Peran Guru dari Perspektif Gender dalam Pendidikan

Andongonline | Di banyak bidang pekerjaan, mulai dari pendidikan, sains dan teknologi, kesehatan, birokrasi, perempuan masih kerap tertinggal dari laki-laki. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, salah satunya bagaimana pendidikan mengenai peran gender perlu ditanamkan oleh masyarakat sejak seseorang masih kanak-kanak.

Pendidikan adalah landasan pembentukan masyarakat yang inklusif dan berkeadilan. Peran guru dalam proses pendidikan sangat penting, dan pemahaman terhadap peran mereka dari perspektif gender menjadi aspek kunci dalam mencapai tujuan ini. Artikel ini akan menjelajahi peran guru dalam konteks gender, menyoroti tantangan yang dihadapi dan inovasi yang dapat diterapkan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih adil dan setara. Keterlibatan guru dalam membentuk pandangan dan ekspektasi gender dapat memberikan dampak besar terhadap perkembangan siswa. Bagaimana guru memperlakukan siswa berdasarkan jenis kelamin, mengajarkan materi, dan memberikan umpan balik dapat menciptakan lingkungan yang mendorong atau menghambat perkembangan anak-anak, tergantung pada bagaimana dimensi gender dipahami dan diterapkan.

Pendidikan mengenai peran gender ini dapat diterapkan guru mulai dari hal-hal sederhana sesuai kemampuan kognitif anak pada usianya. Meskipun banyak sekolah berupaya untuk mendapatkan buku-buku yang mencontohkan kesetaraan dan keberagaman, secara keseluruhan, buku-buku di sekolah masih mencerminkan pasar buku arus utama yang masih bersifat gender dalam cara mereka menyajikan dan memasarkan buku anak-anak, banyak ditemukan gambar pilot, penemu, penjelalah, seniman, atau komposer itu dibintangi oleh laki-laki, lalu contoh selanjutnya misalnya, ditanamkan pola ibulah yang pergi ke pasar sedangkan ayah pergi ke kantor. Bahasa dapat menjadi alat yang sangat ampuh dalam menantang atau memperkuat stereotip gender. Stereotip gender terkadang tersembunyi dalam rutinitas dan praktik sekolah. Apakah anak perempuan diasumsikan lebih suka membantu dan diminta membantu membereskan? Apakah anak laki-laki dianggap lebih kuat dan diminta memindahkan furnitur? Apakah anak laki-laki dan perempuan diminta untuk berbaris secara terpisah, atau apakah rencana tempat duduk berasumsi bahwa anak perempuan dan laki-laki tidak pernah suka duduk bersama atau berbicara satu sama lain?

Baca Juga :   TUHAN DAN KEKUASAAN ABSOLUTNYA

Di salah satu sekolah saya mendapati praktik seperti ini “ dua orang perempuan sedang memindahkan meja belakang, lalu gurunya berkata diamkan saja itu tugas anak laki-laki.” Menurut penulis Sex and the Office: Women, Men and the Sex Partition that’s Dividing the Workplace, Kim Elsesser, orang tua atau guru kerap menyetir anak untuk masuk atau tidak masuk ke bidang tertentu sesuai stereotip gender yang ada. Anak laki-laki misalnya, lebih didorong dibanding perempuan untuk menguasai bidang sains dan Matematika, bidang yang menghasilkan uang lebih banyak,” kata Elsesser dalam Forbes. Lalu ada anggapan bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis, dan sang guru dapat memakai pendekatan berdialog serta mengatakan bahwa menangis adalah hal yang normal bagi setiap orang, sehingga ketika laki-laki menangis bukan berarti ia lemah.

Guru dapat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif berbasis gender. Ini dapat mencakup penggunaan materi pembelajaran yang tidak memihak gender, memilih buku pelajaran yang mencerminkan keberagaman gender, dan memastikan bahwa semua siswa merasa dihargai dan didukung tanpa memandang jenis kelamin. Guru memiliki peran dalam pengembangan kurikulum yang mencakup isu-isu gender. Ini mencakup integrasi pemahaman gender dalam pembelajaran di berbagai mata pelajaran, sehingga siswa dapat memahami dampak gender dalam sejarah, sains, sastra, dan bidang studi lainnya. Guru dapat mengajarkan siswa untuk menganalisis isu-isu gender secara kritis dan memberdayakan mereka untuk menjadi advokat kesetaraan.

Baca Juga :   Gus Furqon Siap Maju Sebagai Ketua NU Depok

Pemahaman peran guru dari perspektif gender adalah langkah kunci menuju penciptaan lingkungan pendidikan yang lebih adil dan setara. Ini bukan hanya tanggung jawab guru perempuan, tetapi sebuah upaya kolektif dari seluruh komunitas pendidikan. Dengan memahami bagaimana gender memainkan peran dalam interaksi dan kebijakan pendidikan, kita dapat membentuk masa depan yang lebih inklusif dan merata. Dengan terus mengeksplorasi dan merespons peran guru dari perspektif gender, kita dapat memperkuat sistem pendidikan untuk menjadi lebih memahami dan mendukung kebutuhan semua siswa tanpa memandang jenis kelamin. Kesetaraan gender bukan hanya tujuan moral, tetapi juga kunci untuk menciptakan masyarakat yang beradab dan berkelanjutan.

Penulis  : putri

Editor : Dubil