Kolaborasi MWC NU Rancaekek dan Yayasan SHEEP Indonesia: Upaya Pengurangan Risiko Bencana Melalui Ngaji Lingkungan

Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, bersama Yayasan SHEEP Indonesia dan Save The Children Indonesia, yang didukung oleh Save The Children Korea dan Korea Financial Industry Foundation, berkolaborasi dalam kegiatan Ngaji Lingkungan “Sosialisasi dan Klarifikasi Hasil Identifikasi Kerentanan Infrastruktur dalam Lanskap melalui Penilaian DAS”. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 21 Juli 2024.

Kegiatan kolaborasi ini dihadiri oleh Pengurus MWC NU Rancaekek, perwakilan pengurus ranting dan Banom Nahdlatul Ulama Kecamatan Rancaekek, serta Satuan Tugas Siaga Warga Rancaekek. Kegiatan ini melibatkan para kader, pengurus, ustadz, kyai, ulama, dan pegiat lingkungan di Kecamatan Rancaekek.

Kegiatan ini diinisiasi bersama dalam rangka menyadarkan masyarakat akan bahaya potensi bencana di Rancaekek. Bambang Hasan Maulani, selaku pemateri dalam kegiatan ini, menyampaikan bahwa Rancaekek seringkali mengalami bencana banjir karena meluapnya Sub DAS Citarik dan Cikeruh, serta beberapa Mikro DAS lainnya. Maka, upaya mitigasi bencana harus dilakukan dan dipublikasikan kepada khalayak umum sebagai upaya mitigasi non-struktural, seperti adanya Sistem Peringatan Dini di Wilayah Kecamatan Rancaekek.

Bambang Hasan Maulani juga menyampaikan bahwa Rancaekek pernah mengalami kejadian tornado pertama di Indonesia. Namun, dalam penanganan kebencanaan yang ada di Rancaekek, seringkali tidak terlihat keterlibatan dari tokoh agamawan, baik dalam mitigasi bencana maupun pencegahan potensi bencana.

Baca Juga :   BLK, Cara IPNU IPPNU Mencetak Instruktur dan Pelatih Berkualitas

Hal inilah yang kemudian menjadi bahan diskusi yang dilakukan oleh Yayasan SHEEP Indonesia bersama MWC NU Kecamatan Rancaekek untuk melibatkan para tokoh agama agar bisa terlibat aktif menyuarakan pengurangan risiko bencana, baik yang dilakukan oleh para kyai di pondok pesantren, ustadz di majelis taklim, maupun ulama di mimbar-mimbar keagamaan.

Pada kesempatan ini, dilakukan juga klarifikasi informasi hasil Identifikasi kerentanan infrastruktur yang telah dihasilkan sebelumnya oleh Yayasan SHEEP Indonesia bersama Satuan Tugas Siaga Warga Rancaekek (Satgas SWR). Pengurus Ranting NU dari masing-masing desa di Kecamatan Rancaekek memberikan pembenaran terhadap hasil Identifikasi dan juga memberikan tambahan informasi yang belum ada, seperti yang terkait titik drainase dan sungai yang membutuhkan normalisasi serta informasi pengelolaan sampah di Kelurahan Kencana dan Desa Sukamanah.

Satgas SWR juga memberikan paparan terkait apa itu satgas dan tugasnya dalam menjalankan sistem peringatan dini di Kecamatan Rancaekek. Wadja, selaku Koordinator Tim Peringatan Dini Sub DAS Cikeruh, menyampaikan bahwa kolaborasi dengan organisasi masyarakat seperti NU sangat penting dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana di Kecamatan Rancaekek. Terutama dalam proses edukasi dan penyadaran masyarakat serta penyebarluasan informasi peringatan dini agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Kecamatan Rancaekek.

Baca Juga :   PAC IPNU IPPNU Cipayung Gelar Pembukaan Kajian Rutin Kitab Risalah Ahlussunnah wal-Jama’ah

KH. Ending Jauharudin, selaku ketua Tanfidziyah MWC NU Kecamatan Rancaekek, sangat mengapresiasi kegiatan kolaborasi ini. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas para tokoh agama di Kecamatan Rancaekek agar bisa ikut andil dalam persoalan lingkungan.

Sedangkan Rais Syuriah MWC NU Rancaekek, KH. Pepen Maruf, menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat akan pengurangan risiko bencana bisa didorong melalui lembaga-lembaga pendidikan keagamaan, baik ketika khutbah Jumat, majelis taklim, pesantren, maupun lembaga lainnya.

Aldi Ismail Fahmi, selaku kader muda Nahdlatul Ulama Rancaekek, sangat antusias dalam kegiatan ini. Karena menjadi pemahaman dan paradigma baru bagi para pengurus NU dan kader di akar rumput. Aldi menyampaikan bahwa “kesadaran akan lingkungan bukan hanya tugas pemerintah saja, tapi peran aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan pun harus turut serta dalam mengurangi risiko bencana.”

Aldi Ismail Fahmi berharap kegiatan ini bisa berkelanjutan dan dapat ditindaklanjuti oleh para Pengurus NU dan kader di akar rumput, sehingga bisa menciptakan kebermanfaatan bagi masyarakat luas.