Keberhasilan Panen Jagung di Gunung Mas: Transformasi Food Estate Menjadi Harapan dan Kontroversi

 andongonline.com|Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengumumkan keberhasilan panen jagung di lahan food estate Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Produktivitas mencapai 6,5 ton per hektare pada Januari, menunjukkan kesuksesan teknologi pertanian yang diterapkan.

“Dari awal kami sampaikan bahwa kita pasti mampu menggarap lahan food estate tersebut. Kami harapkan segera dapat diikuti panen-panen selanjutnya,” ungkap Mentan dalam siaran pers yang diterima oleh VOA.

Mentan menekankan bahwa hasil panen jagung membuktikan potensi besar lahan Gunung Mas. Dia optimis keberhasilan jagung ini akan diikuti oleh panen singkong dalam beberapa waktu ke depan. Analisis lapangan telah dilakukan untuk memastikan teknologi pertanian yang tepat.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian bersama Kementerian Pertahanan menanam jagung di food estate Gunung Mas seluas 10 hektare. Meskipun bukan proyek instan, Mentan menyatakan bahwa food estate telah memberikan hasil baik dan sesuai target.

Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) ini merupakan organisasi nirlaba di Indonesia yang fokus pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan. WALHI berperan aktif dalam advokasi, pendidikan, dan perlindungan lingkungan hidup, serta terlibat dalam pemantauan proyek-proyek pembangunan yang dapat berdampak negatif pada lingkungan.

WALHI Kalimantan Tengah membantah klaim keberhasilan panen jagung. Direktur WALHI, Bayu Herinata, meninjau lahan pada 23 Januari dan menyatakan bahwa jagung yang tumbuh memiliki kualitas tidak layak dikonsumsi.

Baca Juga :   "Harmoni Pemilihan Presiden: Paradigma Politik, Pendidikan, dan Tantangan Menuju Kebijakan yang Rasional"

Bayu mempertanyakan klaim angka produktivitas panen dan menyarankan pemerintah untuk menghentikan proyek food estate. Dia menekankan dampak negatif seperti konflik sosial dan kerusakan lingkungan yang telah terjadi.

WALHI mendorong pemulihan lingkungan di lahan-lahan food estate di seluruh Indonesia. Meskipun pemerintah argumentasi bahwa proyek ini masih dapat dilakukan, WALHI menyoroti keterbatasan alokasi untuk pengembangan teknologi pertanian.

Dengan konflik pandangan antara pemerintah dan WALHI, nasib proyek food estate di Gunung Mas masih menjadi perdebatan yang kompleks, mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang mungkin terjadi.