Kang Deny dan Filosofi “Pura-Pura Sibuk” ala Kabayan dalam Berkhidmat untuk Ansor

ANDONGONLINE.COM – Para kiai, meskipun tampak sibuk, sebenarnya hanya “pura-pura sibuk”, kata Kang Deny. Sikap ini mengingatkan kita pada Kabayan, tokoh sufi Sunda yang terkenal dengan kebijaksanaannya yang jenaka.

Pada Sabtu malam di sebuah desa sekitar 110 km dari Jakarta, Kang Deny, yang biasa disapa demikian, turun dari motornya dengan gaya santai, mengenakan celana pendek dan kaos oblong. Tampilan sederhana ini mengejutkan banyak orang, mengingat ia adalah Ketua PW Ansor Jawa Barat, organisasi dengan jumlah kader besar dan sumber daya melimpah.

Gaya hidup Kang Deny mengingatkan pada sosok Gus Dur, yang juga tampil sederhana meski pernah menjadi pemimpin tertinggi di Indonesia. “Gus Dur adalah maestro yang tak hanya memicu wacana, tapi juga diam-diam memperjuangkan kesejahteraan kader NU,” katanya.

Salah satu inisiatif Kang Deny adalah mendirikan SMK Ansoruna Hade Rancage di Purwakarta pada 2019. Dengan fokus pada agribisnis, sekolah ini membantu siswa dari latar belakang ekonomi lemah untuk belajar tanpa biaya SPP. Selain belajar teori, siswa terjun langsung ke pasar untuk mengenal komoditas dan menjual hasil kebun sekolah, seperti sawi, pakcoy, dan pepaya.

Nuansa sufistik juga lekat dalam diri Kang Deny. Baginya, para kiai yang tampak sibuk sebenarnya mengajarkan bahwa khidmah untuk NU dan Ansor tidak selalu serius. “Kesibukan adalah topeng, di baliknya ada jiwa yang tenang,” ujarnya. Filosofi ini menjadi landasan dalam mengabdi kepada organisasi dengan penuh berkah, tanpa meninggalkan fleksibilitas dan kebijaksanaan dalam menjalani tugas.

Baca Juga :   Kemenparekraf Kembangkan Paket Wisata Religi Berbasis Masjid Bersejarah

Kang Deny, dengan semangatnya yang khas, mengajarkan bahwa khidmah kepada Ansor bukan hanya soal tanggung jawab besar, tapi juga tentang keseimbangan, keberkahan, dan potensi diri.

Peradaban.id