Andongonline | Jakarta: The Institute of Democracy and Education (IDE) Indonesia terus menunjukkan komitmen dalam mempererat hubungan diplomatik Indonesia dengan negara lain. Pendiri IDE Indonesia Gugun Gumilar bersama Ketua Harian IDE Indonesia Nata Sutisna, bertemu dengan Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, HE. Vasyl Ivanovych Hamianin, pada Jumat (29/11/2024). Dalam pertemuan ini, kedua pihak sepakat memperkokoh kerja sama di bidang kebudayaan, pendidikan, dan pemberdayaan pemuda.
Gugun Gumilar menjelaskan bahwa IDE Indonesia, sebagai organisasi pemuda, fokus pada isu demokrasi, sosial budaya, keagamaan, lingkungan, dan bisnis, dengan visi mendorong pelajar untuk aktif berkontribusi di berbagai bidang. “IDE Indonesia siap berkolaborasi dengan Duta Besar Ukraina dalam memperkokoh hubungan diplomatik kedua negara, terutama melalui program-program pemberdayaan pemuda dan pendidikan,” ujar Gugun, yang juga dikenal sebagai Duta Muda PBB dalam keterangannya, Jumat (30/11/2024).
Duta Besar Ukraina HE. Vasyl Ivanovych Hamianin menyambut positif inisiatif IDE Indonesia. Ia menyampaikan harapannya agar kerja sama ini dapat mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Ukraina, khususnya dalam aspek kebudayaan dan pendidikan. “Gerakan IDE Indonesia sangat inspiratif. Ini adalah langkah strategis dalam membangun jembatan diplomasi antargenerasi muda di kedua negara,” ujar Hamianin.
Penggerak Perubahan
Pertemuan ini menjadi langkah awal bagi IDE Indonesia dan Kedutaan Besar Ukraina untuk merancang berbagai program yang bisa memberikan dampak nyata bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Kedua pihak sepakat akan memulai dengan dialog kebudayaan dan pendidikan sebagai pintu masuk untuk kerja sama yang lebih luas di masa depan.
Ketua Harian IDE Indonesia, Nata Sutisna, menegaskan pentingnya kolaborasi semacam ini untuk mendorong generasi muda menjadi penggerak perubahan. “Melalui kolaborasi ini, kami berharap dapat menciptakan program-program inovatif, seperti pertukaran pelajar, lokakarya budaya, atau inisiatif pemberdayaan pemuda berbasis teknologi yang bisa memperkuat relasi diplomatik kedua negara,” kata Nata.
Ia juga menyoroti bahwa pendekatan diplomasi berbasis pendidikan dan kebudayaan dapat menjadi solusi untuk mempererat hubungan internasional yang lebih humanis dan inklusif. “Kami ingin menciptakan pemimpin masa depan yang memahami pentingnya kerja sama global,” tambah Nata.
Editor : Dubil