GUSDURIAN BANDUNG MENJADI MITRA PENYELENGGARA SEMINAR NASIONAL DEKLARASI ISTIQLAL

Kedatangan Faus Fransiskus pada September lalu memberikan angin segar untuk umat Katolik di Indonesia. Selain agenda kunjungan diplomatik antar negara Faus Fransiskus juga melakukan kunjungan lintas iman di Masjid Istiqlal. Dalam pertemuan itu ditandatangani deklarasi Istiqlal.
Deklarasi Istiqlal yang ditandatangani oleh Imam Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar (Sekarang Menteri Agama) dan Paus Fransiskus bulan September lalu mengangkat 2 isu internasional yang sangat krusial yakni Dehumanisasi dan Kerusakan lingkungan.

Isuk dehumanisasi berangkat dari berbagai keadaan negara-negara yg sedang darurat perang serta berbagai tragedi kemanusiaan serta tragedi HAM yang perlu diperhatikan secara serius di berbagai negara-negara. Serta isu kerusakan lingkungan yang mengancam keberlangsungan kehidupan makhluk di bumi, baik karena penebangan pohon, sampah dan polusi udara.

Sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Istiqlal tersebut, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan Rumah Moderasinya serta bekerja sama dengan Gusdurian Bandung dan Bali Interfaith Movment (BIM) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema: “Menjaga Bumi Merawat Keberagaman, Persepektif Lintas Agama.” yang menitikberatkan pembahasannya terhadap pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan.

Selain seminar, dalam acara tersebut juga diselipkan pembacaan deklarasi Istiqlal dengan menyalakan lilin simbolik oleh para pemuka agama, rektorat UIN Bandung dan para peserta yang hadir dalam seminar tersebut.

Baca Juga :   Ansor Ranting Sukamaju dan Pengurus Musholla Atftaufiq Berbagi Kebahagiaan dengan Anak Yatim Menyambut Hari Raya Idul Fitri

Hal demikian itu senada dengan apa yg disampaikan oleh Dr. Usep Dedi Rostandi, LC., MA selalu Direktur Eksekutif Rumah Moderasi Beragama. Menurutnya untuk seminar ini diharapkan memberikan solusi dari hadirnya dehumanisasi yang menjadikan agama sebagai alasan, serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan prilaku manusia itu sendiri. Pentingnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut supaya hadirnya harmonisasi dalam kehidupan manusia di muka bumi sebagaimana amanat hadirnya Islam sebagai rahmatan Lil alamin serta sesuai falsafah Tri Hita Karana.

Seminar ini diisi oleh para pembicara yang mewakili agama-agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia, mereka adalah Suster Kristina Marie SGM (Katolik), OD Saraningsih, SST. M. Kes (Protestan), Ni Luh Putu Widi Arnitha Medyani Widiya, S.Kep (Hindu), Wawan Gunawan, M.Ud (Islam), Romo Setiawan (Buddha), Toni Rudiyanto (Kong Hu Chu) dan Rela Susanti, ST., M.Sos (Penghayat Kepercayaan)

Para pemateri menyampaikan konsep menjaga lingkungan hidup dalam perspektif agama masing-masing. Kesemua agama sepakat untuk menjaga kelestarian alam dari kerusakan, baik itu kerusakan yang diakibatkan oleh sampah, polusi udara, eksploitasi, serta efak lain yang merusak fungsi ekosistem. Dalam kehidupan beragama tidak hanya memikirkan terkait ibdah (hubungan manusia dengan penciptanya) karena hubungan manusia dengan sesama manusia dan lingkungannya juga merupakan hal yang sangat perlu untuk diperhatikan dengan serius. Para pemateri menyampaikan nilai-nilai kebaikan yang sangat universal yang bisa diimplementasikan oleh semua manusia tanpa memandang agama karena kewajiban yang tidak dibatasi oleh dinding agama.

Baca Juga :   FTK Gelar Rapat E-Kinerja SKP Untuk meningkatkan Profesionalisme Kerja

Rektor UIN Bandung, Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag juga turut hadir dalam seminar tersebut serta memberikan keynote Spech nya. Dalam keynote Spechnya beliau meras bangga dengan adanya seminar tersebut karena bisa mengenalkan kampus UIN Bandung kepada semua kalangan. Beliau memberikan harapan bahwa implementasi dari deklarasi Istiqlal harus bisa dijalankan untuk mencapai kehidupan yang damai. Untuk mencapai tersebut harus bisa merangkul semua kalangan untuk bergerak bersama, seperti akademisi, penulis, pemerintah, politisi dan semua kalangan karena kewajiban ini adalah kewajiban semua.

“Deklarasi Istiqlal tidak hanya menjadi kewajiban para pemuka (tokoh) agama saja tetapi juga semua kalangan perlu bergerak, termasuk akademisi, penulis, peneliti dan masyarakat umum. Dan hal ini (Deklarasi Istiqlal) bukan hanya sekedar teori tetapi juga harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, yang tujuan akhirnya adalah terciptanya perdamaian.” Pungkas Rektor UIN Bandung yang menjadikan moderasi beragama sebagai program unggulannya