“Kisah Pahit 27 Mahasiswa KBB: Ancam Drop Out dan Tanggung Ketidakpastian”

source: instagram pgmiuin_kbb2020

andongonline.com | Dalam kurun waktu 3.5 tahun terakhir, drama seputar beasiswa PGMI UIN Bandung yang ditawarkan oleh Pemda Bandung Barat terus mempertanyakan arah kebijakan. Meski awalnya diharapkan pada masa kepemimpinan sebelumnya, kini 27 mahasiswa asal KBB berhadapan dengan ancaman Drop Out tanpa bantuan konkret. Bagaimana masa depan mereka akan terbentuk di tengah ketidakpastian ini?

Upaya advokasi menghadapi dinding dialog tertutup dari Pemda KBB dan UIN Bandung, meninggalkan nasib mahasiswa dalam kebimbangan. Dari 50 penerima beasiswa, hanya 27 yang bertahan, menggambarkan bobroknya kebijakan daerah yang mengorbankan masa depan generasi penerus.

Pada Jumat, 2 Februari 2024 Ketua Kembara, Deni Permana, menyoroti ketidakpartisipasian DPRD Kabupaten Bandung, menciptakan kebingungan dan kegelisahan di kalangan mahasiswa. Meskipun dicutikan selama setahun tanpa kejelasan, advokasi mandiri mahasiswa tidak diiringi kerjasama dari pemerintah daerah.

Pernyataan Penjabat Bupati yang mengutamakan kepentingan masyarakat menjadi ironi, mengingat para penerima beasiswa dan orang tua mereka terus berjuang demi keadilan. UU RI No.20 tahun 2003 tentang pendidikan diabaikan, menambahkan kegelisahan terhadap ketidakadilan yang terjadi.

Dalam bayang-bayang ancaman Drop Out, koordinator mahasiswa, Farhan, menegaskan bahwa jika pemda KBB tidak memberikan solusi, aksi demonstrasi akan menjadi langkah selanjutnya. Mahasiswa merasa menjadi korban dan menuntut pertanggungjawaban atas kebijakan yang merugikan ini. Artikulasi ini mengungkapkan dilema mahasiswa yang terombang-ambing di tengah ketidakpastian beasiswa, menyoroti ketidakadilan yang perlu segera diatasi.

Baca Juga :   Review "Zenless Zone Zero" – RPG Aksi Urban dari HoYoverse